Tuesday, January 4, 2011

My Lovely Sam Soon

Karakter di drama ini, rada mirip mirip secara fisikly sama saya. Rada gemuk gitu... hehe

Alkisah tentang seorang wanita berumur 3o tahun penyandang predikat perawan tua bernama Kim Sam Soon. Dia seorang pembuat kue lulusan sekolah perkuean di paris sono. Cerita diawali dengan sam soon yang mengikuti pacarnya pada hari natal. Si pacar ini beralasan ada acara keluarga sehingga ngeless saat diajak ketemuan si sam soon. Namun ternyata sejak sebulan yang lalu sam soon curiga pada pacarnya ini dan mulai menyelediki melalui HP si cowok. Karena selidik punya selidik itulah, sam soon tahu pacarnya ketemuan dan berduaan dengan wanita lain di hotel pada hari itu.

Naas banget, saat si sam soon berusaha lari karena si pacar tiba-tiba membuka pintu.. dia jatuh terjerembab dengan posisi yang sangat memalukan. Perbincangan berlanjut dan berakhir dengan putus hubungan antara si sam soon dan si pacarnya.

Dari pertengkaran ini lah, si sam soon bertemu dengan lelaki jodohnya kelak. :P
Ciri khas drama korea banget pokok nya...

Sam soon yang patah hati dan penganguran, melamar kerja di sebuah hotel. Namun di tolak, beruntung dia bertemu seorang direktur restoran yang tertarik dengan rasa kue yang dibawa sam soon hari itu. Walo dengan sedikit kejadian aneh dan menyebalkan namun sangat menggemaskan, si sam soon akhirnya mengambil tawaran itu dengan satu syarat. Dia mau namanya diganti menjadi Kim Hee Jin.

Bagaimana kisah selanjutnya? tonton sendiri ya... :D

Monday, December 20, 2010

Sassy Girl Chun Hyang


Termasuk drama lawas yang nggak ngebosin menurutku. Karena drama ini yang bikin aku jatuh cinta pada all of korean drama.

Drama pertama yang bisa bikin aku nonton ampe 10 kali dan nggak pernah ngerasa bosen. Walo udah hafal ama jalan cerita nya, kadang-kadang ada beberapa scene yang juga hafal dialognya. Heheh

Drama ini bercerita tentang chun hyang si bunga sekolah sekaligus bintang sekolah. Dia seorang gadis yang sekolah sembari kerja demi menghidupi keluarnganya. Bisa dikatakan sebagai tulang punggung keluarga. Drama kehidupan si chun hyang ini biasa-biasa aja sampai dia bertemu dengan seorang cowok murid pindahan dari ibukota bernama Lee Morn Yong. Jenis cowok pembuat onar. Sebenarnya dia bukan pembuat onar langsung, tapi dimana dia berpijak akan muncul kerusuhan di sana. Bisa dikatakan dia adalah jenis cowok yang memancing kerusuhan. Drama kehidupannya penuh dengan warna dan lika liku yang unik.

Kesalahpahaman terjadi dan berakhir dengan pernikahan mereka berdua. Perjalanan pernikahan mereka dilalui dengan belajar. Hingga si mron yong ini bisa masuk universitas seoul (kalo di negara kita UI kali ya..). Namun sayannya si chun hyang nggak bernasib baik, walo secara akademis dia diterima dengan mudahnya di universitas seoul, namun secara biaya dia gagal. Karena uang kuliah yang dia kumpulkan selama ini, digunakan oleh ibunya yang ingin berbinis namun berakhir dengan penipuan.

Konflik puncak ketika si mron yong dan chun hyang ini sudah mulai saling menyadari kalo mereka telah saling jatuh cinta. namun seperti halnya ciri khas drama korea, selalu ada pihak ketiga dan keempat. Dari sisi si mron yong ada chae rim noona (cinta pertama mron yong). Dan dari sisi chun hyang ada seorang ajjushi yang cinta mati dan kaya raya. Si ajjuhsi inilah musuh terberat mron yong, karena selain kalah materi...kalah licik pula. Ajjushi mengancam chun hyang akan menghancurkan masa depan mron yong dengan video rekayasa yang telah dia buat bersama anak-anak artis nya. Hingga mereka memutuskan becerai. Dibeberapa episode ini, aku nangis-nangis..... :((

Tahun berlalu, si mron yong udah jadi seorang jaksa. Dan chun hyang membuka sebuah pabrik aksesoris untuk disalurkan ke pasar-pasar pinggiran ibukota. Sebuah kasus menyebabkan anak buah chun hyang di tanggap para teroris, karena mengira anak buah chun hyang ini sebagai mata-mata pihak kepolisian. Namanya jodoh, jaksa yang menghandle kasus ini si mron yong. Adegan selisih jalan terjadi berulang kali, bikin geregetan si penonton nih. Namun rupanya si mron yong yang telah menjadi jaksa telah bermetamorfose menjadi lelaki yang pandai. Jadinya mereka ketemu deh....

Konflik-konflik kecil muncul, sebagai sisa-sisa perbuatan si ajjushi. Namun kegigihan mron yong memperjuangkan chun hyang, dan kegigihan chun hyang melindungi mron yong telah meluluhkan hati si ajjushi. At the end, ajjushi menyerah untuk memaksa chun hyang menjadi miliknya, dan bahkan bekerja sama dengan mron yong menangkap gerombolan mafia yang menculik chun hyang.

Seperti halnya full house, drama ini berakhir dengan bahagia. Happy ending with their wedding.... ^___^V

Full House



Merupakan salah satu drama favorit saya. Dimana menceritakan han ji eun, seorang gadis yatim piatu yang sangat hobi menulis. Dia tinggal di sebuah rumah peninggalan orang tuanya. Lokasi rumahnya jauh dari perkotaan, namun sangat damai dan dikelilingi pantai. Indah banget... :)

Ji Eun ini memiliki dua orang sahabat semenjak masa SMA. Dia begitu percaya dan menyayangi kedua sahabatnya itu. Tapi sialnya, rasa sayang ji eun ini dimanfaatkan oleh kedua sahabatnya yang membutuhkan uang untuk biaya pernikahan mereka. Dengan teganya mereka menipu ji eun dan menjual rumah peninggalan orang tua ji eun kepada orang lain. Si pembeli adalah seorang artis terkenal pada kala itu, Li Young Jae.

Dengan sejarah ji eun menipu young jae untuk mendapatkan pinjaman uang demi dapat kembali ke korea, mereka bertemu kembali. Percekcokan dan pertengkaran terjadi diantara mereka. Karena kasian young jae mengijinkan ji eun untuk tetap tinggal di rumahnya dengan syarat menjadi pembantu di rumah itu. Dan ji eun karena terpaksa (tidak memiliki sanak saudara lagi), dia menerima untuk menjadi pembantu di rumah itu.

Cerita berlanjut, dengan bumbu-bumbu cinta khas korea drama. Cerita cinta segi empat dimana tiap gender pemeran utama memiliki 2 pilihan dalam hal percintaannya. Dan sedikit intrik kekeluargaan, drama ini menemui happy ending. ^____^V

Tuesday, August 3, 2010

Korean Drama Wedding


Jang Nara as Lee Se-na
Ryu Shi Won as Han Seung-woo
Myung Se Bin as Shin Yoon-su
Lee Hyun Woo as Suh Jin-hui
Choi Woo Jae as Jung-min
Toe Mo as Louie
Gong Hyun Joo as Oh Su-ji
Kim Min Ju as Cha Eun-hee
Kang Suk Woo as Lee Jung-il
Nah Young Hee as Sung Hae-lim
Jung Young Sook as Jung Sook-hee
Lee Sae Min as Se-na’s brother, studying abroad
Han Seung Joo as Seung-woo’s brother


Nonton drama ini nggak pernah bisa bikin aku nggak nangis. Mengharukan dan menyentuh banget. Cerita nya beda dengan korea drama yang biasanya. Natural banget deh, banyak dijumpai di dunia nyata kayaknya.

Dimulai dari acara perjodohan antara Se Na dan Seung Woo di sebuah cafe. Sena adalah anak orang kaya yang selalu berkecukupan, istilahnya nggak pernah menderita lah. Hidupnya bisa dikatakan so far so good. Dia pecinta warna pink (girly banget yach..). Tipe gadis yang nggak bisa menyembunyikan perasaannya, termasuk jenis wanita ekspresif. Sedangkan Seung Woo beda 180 derajat. Seorang yang pendiam, ga suka neko-neko, manut sama aturang yang ada. Dia bekerja di pemerintahan sebagai sekretaris pejabat (mungkin pejabat yang dimaksud di sini sejenis ama menteri luar negeri atau presiden kali ya, soalnya kerjaannya nego ama luar negeri gitu. kadang jepang, kadang amerika). Latar belakang kehidupan seung woo nggak manis-manis banget, orangtuanya hanya tinggal si Ibu dengan kehidupan sehari-hari yang pas pas an gitu.

Awalnya mereka sama-sama grogi saat bertemu di perjodohan itu. Tapi seiring waktu obrolan mengalir dan lumayan nyambung, walo kadang aku nangkep ekspresi di paksain. Di kala perjodohan itu, ada adegan dimana sena ke toilet sebentar untuk menelpon dua orang sahabatnya. Saat kembali ke meja, dia melihat seung woo dari belakang dan sepertinya jatuh cinta pada moment tersebut. Sebelum berpisah, seung woo bertanya pada sena "apa yang terpenting dari sebuah pernikahan?". Namun sena tak bisa menjawab kala itu dan kepikiran sampe berhari-hari. Seung woo yang setelah berpisah dari sena kembali ke kantornya, ketika akan minum segelas kopi, dia teringat kata-kata sena di cafe tadi, "jangan terlalu banyak minum kopi. Tidak baik untuk kesehatan, minumlah air perasan lemon. Itu bisa membantu menghilangkan lelah". Dan karena teringan kata-kata sena itu, seung woo enggan meminum kopinya dan mengganti dengan minum segelas air putih. Dari sini, sebenarnya sudah ada rasa ketertarikan pada diri seng woo... bisa dikatakan sudah muncuk benih-benih cinta juga. Jadinya sepertinya sudah ada chemistry diantara keduanya alias love at the first sight lah...

Seung Woo menceritakan perjodohan dan kencan pertamanya kepada teman-temannya. Salah seorang temannya, Jung Min menyarankan agar Seung Woo menelepon Se Na kembali. "Untuk apa telepon ? Bertemu lagi ?, tanya Seung Woo. "Bertemu kembali akan timbul perasaan. Ada perasaan berarti ada cinta. Jika ada cinta, menikahlah". Meski sudah didesak untuk menelepon kembali, namun Seung Woo tak melakukannya, karena ia telah membuang nomor telepon Se Na.

Pertanyaan Seung Woo itu ternyata membekas dalam pikiran Se Na dan ia pun berusaha mencari jawabannya, namun tak berhasil. Karena itulah dalam pertemuan kedua mereka, Se Na mempertanyakan kembali hal tersebut, namun menurut Seung Woo, ia hanya asal bertanya karena dulu ada yang bertanya tentang hal itu kepadanya.

Saat berjalan kaki menuju rumahnya, Se Na mengatakan bahwa Seung Woo mirip sekali dengan Ketua Kelasnya sewaktu di sekolah dasar. Suka puisi, tidak banyak bicara, polos, jujur dan suka membantu orang lain. "Kamu suka pria itu", tanya Seung Woo. "Tidak, aku tidak menyukainya. Aku juga sudah tidak ingat tampangnya. Orang seperti itu tak suka kepadaku", kata Se Na berkelit.

Ibu Seung Woo datang ke Seoul. Dari ibunyalah, Seung Woo tahu bahwa perjodohan yang diatur bibinya itu dimaksudkan untuk keluar dari kesulitan yang dialaminya. Karena usahanya tidak berjalan baik, sang bibi terlilit hutang dengan jaminan rumah keluarga Seung Woo. Jika perjodohan antara Seung Woo dan Se Na berjalan lancar kemudian menikah, maka rumah mereka bisa dipertahankan. Karena itulah, Ibu Seung Woo memintanya melupakan dan tidak menemui Se Na lagi, jika Seung Woo keberatan dengan perjodohan tersebut.

Namun ternyata setelah berbagai peristiwa terjadi, akhirnya mereka menikah juga.

Pernikahan See Na dan Seung Woo berlangsung meriah. See Naa sangat bahagia setelah menjadi istri Seung Woo dan berusaha memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri. See Naa rela mengikuti pola hidup Seung Woo yang sederhana, belajar mengurus rumah dan juga belajar memasak demi suaminya. Di satu sisi Seung Woo yang kurang peka melihat perubahan ini hanya menganggap ikatan suami istri yang telah dijalinnya dengan See Naa hanya sebatas kewajiban dan tanggung jawab untuk menafkahi sang istri.Sementara itu Yun Soo yang tidak jadi menikah dengan Jin Hee merasakan kehampaan kedua kalinya ketika Seung Woo menikah dan meninggalkannya. Yun Soo berusaha meraih hati Seung Woo kembali dan hal ini membuat Seung Woo sempat bimbang. Cintanya kepada Yun Soo memang belum sirna namun sosok lain yang sedemikian memikat telah mulai mengisi hari-harinya yang baru.
See Na sendiri sebenarnya telah mengetahui kalau Yun Soo adalah cinta pertama suaminya. Meskipun cemburu setiap kali melihat kedua sahabat ini bertemu, See Na berusaha menutupi perasaannya. See Na berusaha bersabar meskipun kecurigaan-kecurigaan akan adanya perselingkuhan terus-menerus menghantui benaknya. Namun cintanya dan rasa takut kehilangan akan Seung Woo mengalahkan akal sehat See Na. See Na pun kembali ke rumah orangtuanya dengan membawa hati yang luka.

Kehilangan sosok See Na dalam keseharian Seung Woo membawa perubahan yang besar. Seung Woo mulai mengerti dan menyadari akan arti See Na dalam hidupnya. See Na bukan hanya wanita yang menantinya setiap pulang kerja, menyediakan kopi setiap pagi untuknya, merapihkan meja kerjanya, menyiapkan pakaian kantornya, menyapanya dengan senyuman hangat, See Na adalah wanita yang dicintainya sekarang. Seung Woo berkali-kali mencoba membujuk See Na untuk kembali ke rumah namun See Na menolak. See Na malah bermaksud mengajukan perceraian.

Haru biru penuh dengan tangisan mulai hadir disini. Dari yang sena sebenarnya masih mencintai, tapi merasa menjadi orang ketiga antara seung woo dan yun soo. Dan seung woo yang baru menyadari kalo sebenarnya dia telah jatuh hati pada istrinya. Hingga dia benar-benar berusaha untuk mendapatkan cinta sena lagi.

Cerita di drama ini benar-benar seperti terinspirasi dari kisah nyata. Alurnya nggak dibuat buat. Recomended banget deh, inspiratif buat para pasangan yang menikah karena perjodohon atau kalo di islam, ta'aruf.


Tuesday, June 1, 2010

Kesenjangan Sosial

Tiba-tiba aja terlintas dalam pikiran. Jadi pengen nulis tentang kesenjangan sosial yang ada di lingkungan sekitar ku. Paling kerasa sih di kantor ya... entah disadari atau tidak. Perbedaan status antara karyawan tetap dan tidak tetap plus dilengkapi perbedaan gaya hidup bisa bikin terkadang (nggak selalu lo ya) rada risih juga.

Ada beberapa divisi yang signifikan banget membedakan perlakuan antara yang karyawan tetap dengan yang kontrak. Ada yang mau bantuin para tetap tapi enggan dan cenderung ogah-ogahan kala para kontraktor butuh bantuan. Bahkan untuk sekedar nyuci piring tuh... :(

Ketemu case yang cukup menggelikan pula. Ada si tetap yang maunya tidak membeda-bedakan dan tampil low profile dengan tidak terlalu sering traktir-traktir. Tapi malah dapat julukan mas pelit (dengan tanpa sepengetahuan yang bersangkutan pastinya)

Kesenjangan biasa nya ditandai dengan saling berlomba-lomba dalam gaya hidupnya. Kalo di perumahan sekitar kampung halamanku sih gitu. Kalo misal tetangga sebaelah punya sepeda motor, maka tetangga sebelahnya pun berusaha untuk punya sepeda motor juga. Walau sebenarnya tak ada dana ato modal, tetep memaksakan diri untuk bisa membeli ntuh sepeda motor. Sungguh amat mengherankan bagi ku. Emangnya dosa ya kalo ga punya sepeda motor?

Gaya hidup lingkungan memang sangat signifikan membentuk pribadi seseorang lo. Apalagi kalo nemu temen deket yang bersifat dominan, tanpa kita sadari, kita pelan-pelan mengikuti gaya hidup teman yang dominan ini. (sebenarnya lagi terjadi pada diri sendiri :D )

So... gimana kita harus menyikapi kesenjangan sosial yang kita temui di lingkungan kita? Apakah kita harus menjadi seseorang yang gede omongan untuk mengimbangi lingkungan ( setidaknya dalam obrolan saja ). Atau mungkin kita menjadi diri sendiri, dan bilang nggak ada kalo emang nggak ada. Dan atau apakah kita harus nerima dan mengunci diri dengan lingkungan yang selevel ama diri kita?

Pastinya tiap orang akan berbeda-beda reaksinya... Yang pasti tetep jadi diri sendiri pastinya. :)