Sunday, November 1, 2009

Become Rich

Dalam konteks ini, kita membahas kaya dalam arti sebenarnya dan dalam lingkup yang lebih sempit yaitu keuangan. Kaya adalah ketika berada dalam kondisi berlimpah harta dan rejeki yang lebih dari cukup ada di tangan kita. Kekayaan biasanya diringi dengan kekuasaan atau jabatan yang tinggi dalam suatu lingkungan tertentu. Makanya ga mungkin seorang presiden itu miskin....

Hal yang paling kutakutkan adalah menjadi KAYA. Aneh memang, malah bisa disebut dengan abnormal. Apalagi dengan kondisi dunia yang sekarang ini, tak akan bisa hidup jika tanpa uang di tangan. Merasa tidak dihargai dan disepelekan jika tak memiliki uang tak jarang muncul dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar kita.

Contoh aja, ada beberapa manusia yang memandang seorang pengemis dengan jijik. Walaupun ada segelintir yang memandang dengan diiringi rasa kasihan. Tapi coba kita amati saat manusia memandang seseorang yang turun dari sedan BMW. Ada yang berkata "wah...", ada yang cukup dengan melongo atau ada yang lebih ekstrim dengan langsung nyamperin (mungkin emang udah kenal kali ya.. :D).

Itu contoh kala kita berada di posisi penonton. Kita bayangkan jika kita di posisi sebagai seorang yang kaya. Hal pertama yang biasa nya muncul sebagai reaksi dari banyak uang adalah menjadi seorang yang boros. Apalagi dengan mayoritas masyarakat dunia yang konsumtif. Tujuan manusia dalam hidup adalah memenuhi keinginannya. Maka dari itu, saat memiliki modal pasti tak akan menunda untuk memenuhi keinginannya tersebut.

Bagaimana kalo berada dalam kondisi sebagai seorang ibu. Kita liat aja, beberapa contoh orang yang sukses dominan berasal dari kalangan tak mampu. Secara logika, dasar sifat manusia tergantung dari sang ibu. Bagaimana sesama saudara bisa rukun, itu juga bergantung dari ibu. Berbeda dengan kepandaian, yang bisa berasal dari Gen. Seorang ibu mendidik anak-anaknya untuk saling berbagi dan tolong menolong di kala susah. Bagaimana cara mencotohkan kondisi susah jika lingkungan rumah sudah serba ada.

Kita liat karakteristik orang disekitar kita. Sebagai permisalan, aku memiliki teman sedivisi yang berbeda latar belakang. Dua-duanya orang yang baik dan menyenangkan. Yang berbeda adalah cara mereka menatap kehidupan. Temen ku yang satu, kita sebut aja "A" yang berasal dari keluarga yang pas-pas an. Saat ada masalah menerpa dalam kerjaan, dia akan terdiam sejenak dan berpikir tentang solusi yang terbaik. Sedangkan temenku yang satunya, kita sebut dia "B" yang berasal dari keluarga berduit. Dalam menghadapi masalah yang ada di depan mata, lebih ke arah menggampangkan. Contoh lebih detail, A akan mengerjakan tiap job yang menjadi tanggung jawab dia sampai selesai baru dia pulang kantor. Walopun kerjaan itu selesai jam 12 malem. Sedangkan si B, walopun job yang jadi tanggung jawab dia belum kelar ampe 50% dan tiba-tiba ada tawaran main bilyard, langsung cabut dengan embel-embel masih ada hari esok.

Nah.. .karena melihat hasil didikan orang kaya pada orang di lingkunganku, membuatku makin takut menjadi kaya. Aku takut gimana cara mendidik anak ku kelak. Kalo misal aku sekarang hidup pas, nggak miskin tapi juga nggak kaya. Mungkin aku bisa mendidik anakku kelak dengan system yang sama seperti yang ibuku terapkan padaku. Semisal ibuku hanya mampu membeli sepotong roti, maka dia akan mengajari aku dan kakakku untuk memotong roti itu menjadi dua. Namun jika dalam kondisi yang kaya, pasti akan terpikir membeli dua potong roti sekaligus. Aku takut tak mampu mendidik anakku menjadi lebih tangguh dan lebih baik daripada aku. Aku takut akan godaan menjadi sombong ketika menjadi kaya. Tak bisa mengenakan baju seharga dibawah 500.000 atau tak mampu mencuci piring karena telapak tangan langsung lecet terkena air sabun. Aku tak mampu menghadapi cobaan yang seperti itu....

Dan yang paling mengerikan, aku lupa beribadah karena sibuk bersenang-senang dengan uang yang kumiliki.... audzubillahhamindalid...

No comments:

Post a Comment