Thursday, January 14, 2010

Lagi-lagi...

Seperti biasa, terinspirasi ama korea drama yang kutonton minggu kemaren. Sebenarnya aku udah nonton ni drama 4 kali lo,.. tapi nggak pernah ngerasa bosan. Yang ada malah aku terobsesi untuk mengalami hal serupa, memiliki seorang sahabat yang akhirnya berubah cinta. Ni drama judulnya 9 ends 2 out.

Drama ini bercerita dengan 2 orang sahabat cowok dan cewek dari masa kanak-kanak sampai usia 30 tahun. Di usia yang cukup berumur ini, baru disadari kalo rasa sayang yang mereka rasakan telah berubah menjadi rasa ingin memiliki dan ingin dicintai. nama yang dipake untuk pemeran utama wanita Hong nan Hee dan si pemeran cowok Ban Hyung Tae.

Dalam drama ini aku nemuin banyak dialog yang inspiratif dan masuk dalam pikiran bahkan ampe terngiang ngiang di telinga selama berhari hari booo.. ( lebay MODE ON)

Salah satu contoh, saat Hong Nan Hee baru aja putus cinta dan merasa bersyukur banget masih memiliki seorang sahabat seperti Ban Hyung Tae. Dengan lugunya dia berkata "Hyung tae, syukurlah kita teman. Kalo kita pacaran harus ada akhir pernikahan atau perpisahan. Syukurlah kita teman, jadi kita akan selalu bersama-sama". Si Nan Hee nggak sadar kalo sebenarnya Hyung Tae sudah memiliki rasa sayang yang berbeda.

Trus ada lagi, nasehat dari temen sekantor nan hee kala dia masih bingung bagaimana harus bersikap pada hyung tae, padahal mereka sudah berciuman kala liburan di pantai. Si sahabat berkata "cinta seorang lelaki itu untuk sentuhan, sedangkan cinta seorang wanita dimulai dari sentuhan". Yang aku artikan bahwa, jika seorang wanita sudah di sentuh oleh seorang laki-laki (tanpa ada proses pemaksaan ya..) maka benih cinta akan tumbuh lebih mudah dalam hatinya.

Dan pernyataan nan hee yang di iyakan dengan kediaaman hyung tae bahwa "LOve is Timing". Secara tidak langsung merupakan pernyataan waktu yang membuat mereka terbiasa dan akhirnya saling bergantung hingga tumbuh rasa cinta. Bahkan saat nan hee menyatakan bahwa "aku bisa kehilangan segalanya, tapi aku tak bisa kehilangan kamu". Padahal posisi hyung tae masih menjadi sahabat nya. So sweet banget....

Sebetulnya masih ada beberapa kata-kata lain yang membuatku terinspirasi dan terobsesi punya sahabat cowok... :D
namun berhubung kerjaan sudah menumpuk di depan mata, jadi aku memilih untuk menyimpan dalam memory otakku saja.

Monday, January 4, 2010

Diary Depresiku

Malem-malem ditelpon ama si mbak, disuruh download sebuah lagu dari last child. Judulnya Diary Depresiku. Lagunya ndak bagus-bagus banget sih, cuma liriknya rada mirip ama kisah rata-rata korban peceraian yang marak kita sebut broken Home.

Sekuat-kuatnya iman seorang anak korban broken home, pasti ada masa dia merasa depresi dan malu akan kondisinya. Yang paling menakutkan adalah, gimana kalo makin susah menemukan semangat yang positif dari anak-anak tersebut.

Maka bagi mereka yang telah memiliki seorang anak, hendaklah berpikir beribu ribu kali jika menginginkan perceraian. Kata orang, perceraian adalah sisi keegoisan orang tua. Tapi kalo tidak melakukan perceraian, bukan berarti merupakan sisi keegoisan seorang anak kan??

Ni ku posting liriknya aza...

Lirik lagu Last Child Diary Depresiku

Malam ini hujan turun lagi
Bersama kenangan yang ungkit luka di hati
Luka yang harusnya dapat terobati
Yng ku harap tiada pernah terjadi


Ku ingat saat Ayah pergi, dan kami mulai kelaparan
Hal yang biasa buat aku, hidup di jalanan
Disaat ku belum mengerti, arti sebuah perceraian
Yang hancurkan semua hal indah, yang dulu pernah aku miliki


Wajar bila saat ini, ku iri pada kalian
Yang hidup bahagia berkat suasana indah dalam rumah
Hal yang selalu aku bandingkan dengan hidupku yang kelam
Tiada harga diri agar hidupku terus bertahan


Mungkin sejenak dapat aku lupakan
Dengan minuman keras yang saat ini ku genggam
Atau menggoreskan kaca di lenganku
Apapun kan ku lakukan, ku ingin lupakan


Namun bila ku mulai sadar, dari sisa mabuk semalam
Perihnya luka ini semakin dalam ku rasakan
Disaat ku telah mengerti, betapa indah dicintai
Hal yang tak pernah ku dapatkan, sejak aku hidup di jalanan


Wajar bila saat ini, ku iri pada kalian
Yang hidup bahagia berkat suasana indah dalam rumah
Hal yang selalu aku bandingkan dengan hidupku yang kelam
Tiada harga diri agar hidupku terus bertahan